Mahasiswa IAT STAIN Majene Laksanakan Workshop Tafsir: Integrasi Akademik dan Pengabdian Masyarakat
Majene, Juli 2025 – Mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) Semester 6 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Majene sukses melaksanakan rangkaian kegiatan workshop sebagai bagian dari Ujian Akhir Semester (UAS) untuk Mata Kuliah Studi Kitab Tafsir Era Modern dan Kontemporer. Kegiatan ini dirancang sebagai model pembelajaran berbasis aksi (action-based learning) yang terintegrasi dengan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM), serta menjadi bagian dari kontribusi nyata mahasiswa dalam penguatan akreditasi program studi.
Tiga kelompok mahasiswa melaksanakan tiga kegiatan workshop dengan tema dan sasaran yang berbeda. Dua kegiatan dilaksanakan di Pondok Pesantren Syekh Hasan Yamani yang terletak di Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar, sementara satu kegiatan lainnya diselenggarakan di Pondok Pesantren Darul Ulum Al-Asy’ariyah Syekh K.H. Muh Shaleh yang berlokasi di Kabupaten Majene.
1. Workshop “Al-Qur’an Sebagai Sumber Solusi Global”
Kegiatan pertama bertema “Al-Qur’an Sebagai Sumber Solusi Global: Refleksi terhadap Isu Kemanusiaan dan Lingkungan”, dilaksanakan pada Senin, 1 Juli 2025 di Pondok Pesantren Darul Ulum Al-Asy’ariyah Syekh K.H. Muh Shaleh, Kabupaten Majene.
Workshop ini membahas bagaimana Al-Qur’an memberikan solusi atas isu-isu besar umat manusia, seperti krisis kemanusiaan dan kerusakan lingkungan. Mahasiswa IAT bertindak sebagai fasilitator diskusi bersama sekitar 50 peserta, yang terdiri dari santri, mahasiswa, dan pembina pesantren. Suasana diskusi berlangsung aktif dan penuh antusiasme, dengan harapan nilai-nilai Qur’ani dapat menjadi panduan dalam menyikapi problematika global masa kini.
2. Workshop “Membuka Jendela Wahyu: Memahami Ilmu Al-Qur’an dan Dasar-Dasar Tafsir”
Workshop kedua dilaksanakan pada Sabtu, 28 Juni 2025, pukul 14.00–16.00 WITA di Pondok Pesantren Syekh Hasan Yamani, Campalagian, Polewali Mandar. Mengangkat tema “Membuka Jendela Wahyu: Memahami Ilmu Al-Qur’an dan Dasar-Dasar Tafsir”, kegiatan ini bertujuan memperkenalkan ilmu tafsir serta pendekatan tafsir modern dan kontemporer kepada para santri.
Narasumber, Saiful Amsy, mahasiswa IAT, menyampaikan materi menggunakan metode presentasi interaktif dengan bantuan media PowerPoint. Salah satu peserta, Al-Ghazali, menyampaikan kesannya,
“Saya merasa sangat senang bisa ikut serta. Saya jadi sadar bahwa memahami Al-Qur’an tidak hanya dari hafalan, tetapi juga melalui pendekatan tafsir yang sesuai dengan perkembangan zaman.”
3. Workshop “Menyikapi Perubahan Zaman: Relevansi Tafsir Al-Qur’an dari Masa ke Masa”
Masih di Pondok Pesantren Syekh Hasan Yamani, workshop ketiga digelar pada Sabtu, 28 Juni 2025, pukul 14.00–15.30 WITA. Kegiatan ini diikuti oleh 36 santriwati, dan dipandu oleh tiga mahasiswa IAT: Fajrul, Nur Rifdah, dan Arif Rahman.
Dengan mengusung tema “Menyikapi Perubahan Zaman: Relevansi Tafsir Al-Qur’an dari Masa ke Masa”, kegiatan ini menekankan pentingnya memahami tafsir Al-Qur’an secara kontekstual agar tetap relevan dalam menghadapi perubahan zaman. Diskusi berlangsung hangat dan partisipatif. Sebagai bentuk apresiasi, panitia memberikan hadiah buku kepada peserta yang aktif.
Seorang santriwati bahkan menyampaikan,
“Fans sekali ka Kakak dan senang bisa bertemu dengan kakak-kakak semua.”
Integrasi Ilmu dan Aksi Nyata
Dosen pengampu mata kuliah, Muhammad Dirman Rasyid, Lc., M. Ag., menjelaskan bahwa pelaksanaan workshop ini merupakan bagian dari pendekatan pembelajaran kontekstual yang tidak hanya mengejar aspek kognitif, tetapi juga mengasah kemampuan sosial dan kepemimpinan mahasiswa.
“Kegiatan ini merupakan bentuk integrasi antara pembelajaran kelas dan pengabdian kepada masyarakat. Selain sebagai ujian akhir semester, kegiatan ini juga mendukung pencapaian standar akreditasi program studi,” ungkapnya.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya memahami tafsir dari sisi akademik, tetapi juga mampu mentransformasikannya ke dalam bentuk pengabdian nyata. STAIN Majene terus mendorong lahirnya mahasiswa yang tidak hanya cakap secara intelektual, tetapi juga peka terhadap persoalan umat dan masyarakat di sekitarnya